Ngayah Sebuah Kajian Filosofi

02.18

Tanpa karma, kemajuan sangat sulit jadinya. para jnani juga harus melalukan karma, tetapi laksana seekor anggsa yang keluar dari dalam air mereka dapat mendesiskan bulu-bulu sayapnya dan menjadi kering seperti ketika mereka masuk kedalam air.
Karma tidak mempengaruhi sama sekali. Mereka melakukanya tanpa ego, tanpa keinginan. Itulah sifat mereka yang mengharpkan kebaikan dunia dan menggunakan dalam bekerja dalam memajukan kesejahtraan dunia.

Ngayah bukanlah kata aneh bagi umat Hindu umumnya, atau masyarakat Hindu Bali khusunya. Dalam berbagai kegiatan keagamaan ngayah itu bagai Oksigen yaitu kebutuhan hakiki yang menapasi darah religius kita. Tapi pada saat yang samangayah sekaligus bagai air dan api, yang mencuci jernih keru-keruh karma kita atau membakar bebeskan benih-benih kemalasan. Sejauh mana Umat Hindu memahami, menghayati, dan merefleksikan ngayah dala kehidupan keagamaanya? Mengapa dan untuk apa kita ngayah? apa sesungguhnya arti dan makna ngayah itu dalam hidup keagamaan kita? dan seratus pertanyaan bisa bermunculan dari topik tersebut. Tetapi dalam pemahaman yang kurang, maka pengupasan yang dilakuakn masih terbatas seputar masalah diatas.

Arti Ngayah
Secara umum ngayah berarti melakukan pekerjaan tanpa mendapat upah ( kamus Bali-Indonesia, 1990 ). Istilah ini dari segi etimologis diadopsi dari konteks politik dan kultur dari raja-raja Bali, yakni dari kata akar "Ayah" yang terpancar dari budaya, terutama berkaitan dengan sistem perwarisan. maka kemudia menjadi "Ayahan" yang secara sangan spesifik ialah mengacu pada : tanah ayahan desa ( sebagai bagaian dari tanah adat) dan konskuensinya. 
Kewajiban- kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan. sebagai salah satu wujud tanggung jawab. Dalam kaitanya dengan kewajiban-kewajiaban inid apat dibedakan menjadi 3, yaitu :
  • Kewajiaban Religius-teritorial, terutama Pura Tri Kahyangan. ( pngayah pura)
  • Kewajiaban yang berkaitan dengan kegiatan sosiokultural banjar adat ( pengayah banjar adat )
  • Kewajiban berupa dedikasi, loyalitas berkaitan dengan raja-raja yang memerintah pada masa itu ( pengayah Puri ).
Latar belakang sosiologis dan historis tersebut yang telah menunjukan bahwa semula budaya ngayah berasal dari kata ayah, ayahan, pengayah, ngayahan. 


Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔